Pengembangan Karir – Mengatasi Si Pengganggu Di Kantor

Share Social

Pengembangan Karir – Mengatasi Si Pengganggu Di Kantor

 pengembangan karir mengatasi pengganggu di kantorSaya (28 tahun) seorang karyawan di sebuah perusahaan industri meubel. Orang-orang mengatakan saya ini orangnya pendiam, low profile dan selalu berusaha menjaga hubungan positif dengan orang lain (ini bukan ge-er lho…).  Ini semua tidak lepas dari didikan dari orang tua, untuk selalu menghindari kekerasan apapun bentuknya. Saya sendiri merasakan cukup mendapatkan manfaat dari karakter demikian ini, terutama ketika saya beradaptasi dengan lingkungan baru. Namun di sisi lain saya sendiri merasa tidak terlalu bangga dengan predikat demikian. Karena tidak selamanya dan selalu membawa manfaat bagi saya.

Di tempat kerja sekarang, saya punya rekan kerja yang lebih senior, katakan si P. Ia punya karakter yang berkebalikan dengan karakter saya. Dia seorang yang   kompetitif, suka konfrontasi tetapi juga pandai mengendalikan situasi panas dengan baik. Dia seringkali membuat situasi yang tidak nyaman untuk saya. Karena ia lebih dominan dan banyak akal, beberapa kali saya merasakan ia sedikit memanfaatkan saya untuk kepentingan tugas-tugasnya. Bahkan pernah ide yang saya saya mintakan pendapat (karena ia lebih senior) malah diajukan ke atasan dengan memakai namanya.

Saya tidak bisa berbuat banyak karena tahu wataknya dan karena tidak mau ribut. Di sisi lain, saya tidak mau terus-terusan situasi seperti demikian terjadi. Adakah cara “manis” untuk menaklukkan rekan kerja yang demikian?                                             Robin, Surabaya

Jawaban :

Sdr. Robin, Anda memang seorang yang baik hati, bahkan di saat-saat Anda sendiri sudah jadi korban orang lain tetapi masih memikirkan bagaimana mencari cara yang “manis” untuk menaklukkan orang yang mengganggu Anda.

Prinsip yang harus dipegang apakah itu dalam kehidupan sosial maupun dalam kehidupan kerja, urusan mempertahankan diri adalah tanggung jawab pribadi masing-masing orang. Karena itu jangan mengharapkan orang lain, apakah atasan atau rekan kerja lain akan punya perhatian untuk melindungi Anda. Jika Anda sendiri membiarkan diri Anda untuk dijadikan korban, maka orang lain juga tidak akan bisa berbuat banyak untuk menolong atau biasanya mungkin hanya bisa jadi penonton.

Seekor binatang yang paling lemah pun, tetap mempunyai kemampuan dasar alami untuk melindungi dirinya dari serangan si pengganggu. Karena itu mestinya Anda juga menyiapkan strategi ini untuk perlindungan diri Anda.

Dalam hukum alam, jika bisa diibaratkan si dominan sebagai singa, dan si lemah sebagai rusa;  dalilnya akan berbunyi: singa hanya berani kepada si pasif. Dengan orang yang berani menentang, awalnya singa kelihatannya menentang mereka. Tapi lama-lama singa akan menghargai menghargai atau. Alasan lain singa berbuat demikian karena sebenarnya takut terhadap pesaing. Karena itu pertegas sikap Anda dan tunjukkan kepada orang lain bahwa mereka juga harus menghormati dan menghargai Anda.

Yang harus diingat bahwa lembut bukan berarti lembek. Karena itu meskipun dengan sikap manis, Anda sebenarnya tetap bisa menyatakan keberatan atas sikap, perkataan atau perbuatan orang lain yang dirasa merugikan atau menyinggung perasaan atau harga diri Anda. Karena itu juga jangan takut bahwa dengan demikian Anda malah bikin suasana jadi ribut. Seringkali orang bertindak tidak senonoh karena mereka sendiri tidak tahu akibat yang timbul bagi orang lain kecuali orang lain tersebut menyatakan keberatannya.

Selanjutnya jangan biarkan Anda dikasari atau jadi korban. Tunjukkan bahwa Anda bisa juga bersikap tegas. Jika perlu beri pelajaran. Tidak harus secara fisik, tetapi gunakan strategi lain yang bisa membuatnya malu atau merasa tidak pantas melakukan sesuatu yang tidak etis. Seorang dominan pun tetap punya ciri-ciri manusiawi. Jika aspek tersebut disentuh, maka ia juga akan bereaksi seperti orang-orang yang lain.

Anda nampaknya harus juga memahami bahwa konfrontasi tidak selalu berakhir dengan hasil negatif. Konfrontasi sebenarnya memungkinkan kedua pihak untuk menyatakan secara bebas perasaan terdalamnya. Dalam kondisi demikian, proses alami akan terjadi. Timbul pemahaman dari kedua pihak tentang hal yang selama ini mungkin tidak pernah dinyatakan atau diekspresikan.

Karena itu jangan salah, seringkali setelah konfrontasi terjadi, justru hubungan baik dapat dibina. Dengan konfrontasi,  orang lain jadi tahu kekuatan dan kelemahan Anda atau pihak lawan yang selama ini tidak diketahui. Karena itu bisa jadi dia malah berbalik sikap kepada Anda. Dia yang awalnya sama sekali tidak menyangka bahwa Anda termasuk orang yang patut diperhitungkan, bisa jadi malah menganggap Anda sebagai  teman baik yang harus dipertimbangkan. Dia akan belajar tidak semua rusa bisa diintimidasi untuk mendapatkan pengakuan reputasi atau keberadaannya.

OK, semuanya kembali bergantung pada cara Anda memposisikan diri Anda kepada orang lain. Dari situ, orang lain akan memberikan penghargaan yang setimpal terhadap Anda. Salam manis…