Pengembangan Karir – Memulihkan Hubungan Yang Rusak Dengan Atasan

Share Social

Pengembangan Karir – Memulihkan Hubungan Yang Rusak Dengan Atasan

pengembangan karir memulihkan hubungan rusak dengan atasan

Bu, saya menyadari bahwa saya ini orangnya idealis. Sikap ini saya bawa sejak saya sekolah, kuliah dan ketika sekarang bekerja. Saya telah bekerja selama 6 bulan di perusahaan pertama. Selanjutnya pindah lagi, dan sekarang telah 1 tahun berjalan di perusahaan saat ini. Dua bulan yang lalu, saya sempat sedikit beradu argumentasi dengan atasan saya. Masalahnya adalah perbedaan prinsip kerja yang tidak bisa saya terima. Dengan gaya saya dalam mempertahankan prinsip (bisa Ibu bayangkan bagaimana seseorang yang idealis), saya mati-matian menolak usulan cara kerja tersebut. Atasan akhirnya meminta saya untuk menjalankan caranya, dan saya diminta mengevaluasi jalannya proses.

Untuk menumpahkan kejengkelan, saya sering sharing tentang hal ini dengan beberapa teman kerja. Ternyata hal ini berbuntut dengan hubungan saya dengan beliau, jadi sedikit tidak enak. Belakangan ini saya mulai cooling down dan menyadari bahwa tidak semua keberatan saya benar dan ternyata terbukti. Tapi nasi sudah menjadi bubur. Hubungan dengan atasan sudah sedikit retak. Saya ingin mengembalikan kembali, tapi tidak tahu caranya. Mungkin ibu bisa membantu. Terima kasih banyak atas jawabannya.                       Nugroho, Surabaya

Jawaban :

Waduh… waduh bisa runyam memang jika hubungan dengan atasan retak. Saya menghargai sikap idealisme yang Saudara. Nogroho miliki. Kita memang harus punya prinsip. Tetapi selalu ada banyak cara untuk membuat orang lain mau mendengarkan dan kemudian mempercayai ide/usul/pendapat Anda. Apalagi dengan atasan, harus lebih hati-hati. Bukan berarti Anda harus jadi “yes-man” atau menjadi pengikut. Ingat ada pepatah Inggris yang berbunyi “The boss is always right, even tough he is stubborn, irrational, misinformed perhaps, incredible stupid…”

Kuncinya adalah berusaha memahami dulu apa yang dimaksudkan, baru kemudian menentukan strategi apa yang harus digunakan untuk menghadapi beliau. Apalagi jika atasan Anda seorang yang otoriter/dominan, sementara di sisi lain Anda seorang yang juga mirip-mirip demikian (maksudnya teguh mempertahankan prinsip). Jika dua-duanya bersitegang, maka harus ada satu pihak yang mengalah. Karena Anda sebagai bawahan, maka mengalah di depan (sementara) akan lebih baik hasilnya daripada bersikukuh pada pendirian.

Untuk yang selanjutnya, sebaiknya Anda tidak membesar-besarkan masalah. Sharing dengan rekan kerja lain untuk menguji persepsi boleh-boleh saja, asal tidak semata-mata dengan tujuan mencari pembenaran. Coba lihat masalah dengan cermat dalam situasi tenang. Jika pada akhirnya Anda merasa pendapat atasan ada benarnya, itu adalah awal yang baik. Berarti Anda bisa bersikap obyektif dan bisa mempersiapkan tahapan selanjutnya untuk mendekati atasan.

Pilih waktu dan kondisi yang tepat. Mungkin bisa pagi sekali sebelum jam kerja dimulai atau setelah jam kerja. Biasanya beliau lebih santai dan sedikit menanggalkan formalitas hubungan. Mintalah waktu untuk bicara. Sampaikan maaf atas kejadian beberapa saat yang lalu  Dan setelah dievaluasi, ternyata pendapat atasan lebih banyak benarnya. Sampaikan juga, Anda memang masih harus banyak belajar.

Dari hasil pembicaraan tersebut, jangan mengharapkan hasil yang sempurna. Puaslah dengan upaya pemulihan yang dapat dilakukan. Dalam situasi tersebut. Sadarilah tidak semua orang (meskipun itu adalah atasan) terlatih baik dalam menyelesaikan konflik  Mereka mungkin ingin bersikap tulus dan adil, tetapi kurang trampil dalam teknis dan kemampuan hubungan antar manusia.

Dalam kasus yang sebaliknya, seandainya mungkin pendapat Anda banyak yang benar. Jangan berharap atasan akan mengubah perilaku sesuai dengan kebutuhan Anda. Terimalah kondisi sementara itu, dan sambil memulihkan situasi lakukan upaya-upaya sebagai berikut.

Pertahankan tingkat produktifitas Anda. Tidak perlu ngambek atau patah arang. Tetap lakukan hal-hal yang menjadi tanggung jawab Anda seperti biasanya. Dengan cara demikian secara tidak langsung Anda telah berusaha mengkomunikasikan sikap positif bahwa Anda menghargai pekerjaan Anda dan berusaha menyelesaikannya sebaik mungkin.

Jangan sekali-kali menjelek-jelekkan atasan di hadapan orang lain. Sebagai orang yang masih tergolong baru, mungkin saja Anda belum tahu peta strategi di kantor. Siapa kawan siapa lawan. Waspadalah,  dinding-dinding bisa bicara… Karena jika itu sampai terdengar sampai atasan, makin sulit bagi Anda untuk mengembalikan reputasi. Atasan akan lebih menghargai jika Anda menyampaikan keberatan secara langsung, daripada mendengarkan dari orang lain, yang belum tentu dapat dijamin kebenaran informasinya.

Tetap jaga hubungan positif dengan rekan kerja. Jika mereka bersimpati dan mempunyai kesan positif terhadap sikap maupun pekerjaan Anda, ini adalah point yang sangat berarti bagi dukungan mereka terhadap Anda. Jika atasan berusaha mengucilkan atau menyakiti, Anda tidak sendiri. Karena mempunyai barisan pendukung yang siap membantu Anda. Karena itu, jangan terlalu pelit untuk bersikap manis kepada orang lain. Karena pada saat yang dibutuhkan, Anda pasti akan menuai hasilnya. Semoga berhasil. (*)