Pengembangan Karir – Kehabisan Waktu

Share Social

Pengembangan Karir – Kehabisan Waktu

pengembangan karir kehabisan waktu

Pengasuh terhormat, saya karyawan sebuah perusahaan jasa bidang keuangan. Umur saya 26 tahun dan masih bujang. Saya sangat menyadari bahwa bekerja bagi saya pada saat-saat sekarang bukan dengan tujuan semata-mata mencari uang. Pengalaman dan belajar hal-hal baru adalah lebih penting bagi saya. Karena itu meskipun sekarang beban kerja saya sangat banyak, tapi saya bersedia menerima. Kondisi ini saya anggap sebagai sarana saya untuk belajar.

Sebagai informasi, pada jam kerja waktu saya habis untuk pekerjaan rutin. Setelah itu, usai jam kantor saya masih harus menuntaskan  pekerjaan yang belum selesai karena harus membuat konsep-konsep. Pulang kerja di rumah, saya masih harus melekan agar besok paginya pekerjaan yang saya kerjakan bisa direview oleh atasan. Atau jika tidak, ada tes-tes program pengembangan terkait dengan profesi saya, karena itu saya harus kebut belajar malam itu juga.

Rutinintas seperti ini sudah saya jalani sejak awal saya kerja sekitar 2 tahun yang lalu. Untungnya saya kos, sehingga orang tua tidak banyak komentar. Tapi kalau mereka tahu yang sesungguhnya terjadi, saya yakin mereka pasti akan minta saya berhenti bekerja (karena ayah saya PN, dan ritme kerjanya sangat “teratur”). Teman-teman kos juga keheranan dengan pola kerja saya. Belakangan saya merasa kehabisan waktu dan tenaga. Saya merasa capek dan bingung bagaimana harus mengatur waktu. Beberapa pekerjaan saya mulai telat selesai justru karena saya merasa tidak bisa bekerja optimal Bu, seandainya waktu bisa jadi 36 jam…                                                    Tunggul, Surabaya

Jawaban:

Sdr. Tunggul, saya salut dengan orang muda seperti Anda, punya idealisme tinggi dan juga semangat berjuang yang besar. Tidak banyak orang muda yang punya kesadaran  seperti Anda, berjuang dulu baru menikmati hasil kemudian. Dalam rangka memenuhi idealisme itu, akhirnya Anda malah putus asa karena banyak pekerjaan yang tidak selesai seperti yang diharapkan. Anda terjebak dalam belenggu rutinintas pekerjaan yang serasa tidak pernah habis. Problem kehabisan waktu nampaknya dialami oleh banyak orang lain. Pekerjaan memang tidak pernah habis, yang perlu diperhatikan disini adalah bagaimana mengatur jadwal dan menetapkan prioritas dengan segala macam aktifitas yang Anda punyai.

Memang banyak yang berharap seandainya waktu jadi 48 jam bahkan 60 jam sehari. Tapi apakah dengan 36 jam sehari akan memecahkan masalah ? Ataukah  akan tetap sama frustrasinya seperti sekarang? Coba eveluasi, apakah benar tuntutan-tuntutan membuat Anda tidak menyadari telah mengerjakan hal-hal yang seharusnya dikerjakan, dan melakukan hal-hal yang seharusnya tidak dikerjakan. Orang bijak mengatakan bahwa waktu adalah sumber daya yang unik. Dari hari ke hari setiap orang memiliki jumlah yang sama. Waktu tidak mungkin dikumpulkan, tidak dapat dihentikan, dijalankan dan tidak dapat diganti. Waktu harus digunakan enam puluh detik dalam setiap menit.

Karena itu yang perlu dilakukan bukan mengatur waktunya, tetapi justru mengatur kebiasaan menggunakan waktu. Dan untuk mengubah kebiasaan itu dibutuhkan komitmen yang kuat. Mengapa demikian? Karena bahkan dalam waktu yang sudah diatur sedemikian rupapun  kita punya peluang untuk memilih tugas-tugas atau kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan. Yang saya maksudkan disini adalah pemilihan prioritas pada masing-masing tugas/aktifitas. Pemilihan yang bijaksana akan memungkinkan Anda mengendalikan waktu yang Anda miliki.

Dalam  mengatur prioritas, berarti juga Anda harus belajar membuang aktifitas yang tidak perlu atau tidak sesuai, agar Anda dapat merencanakan dan menjadwalkan dengan tepat. Terkait dengan itu, Anda harus bisa mengidentifitasi siklus energi Anda. Karena beberapa orang berada dalam kondisi terbaik di pagi hari, beberapa yang lain justru dimalam hari. Sebaiknya lakukan kegiatan-kegiatan yang penting dan banyak memerlukan energi di waktu terbaik Anda.

Saran saya, buatlah daftar aktifitas Anda sehari-hari, termasuk juga tugas-tugas dadakan atau insidental yang mungkin. Dari situ pilahlah dari yang terpenting sampai tidak penting, mana yang butuh kemampuan administratif dan mana yang butuh kemampuan konseptual. Plotkan waktu yang paling efektif dan mungkin untuk masing-masing jenis aktifitas tersebut beserta target penyelesaian. Target ini penting agar Anda bisa fokus,  tegas mengurangi gangguan-gangguan sebanyak mungkin dan tidak terlena dengan keasyikan mengerjakan atau justru terlalu mau sempurna. Satu hal lagi, karena obsesi Anda untuk belajar yang sangat besar, mungkin Anda sulit menolak permintaan dari atasan atau teman kerja, sementara pekerjaan itu bukan porsi tugas Anda. Karena itu Anda harus juga bersikap tegas agar Anda sendiri tidak selalu merasa bekerja tanpa henti.

Dengan ketrampilan baru ini, saya berharap Anda akan mendapatkan manfaat yang luar biasa. Antara lain punya waktu untuk membaca, yang memungkinkan Anda mengikuti informasi atau perkembangan terbaru di sekitar kita. Selain itu juga tambahan waktu akan memungkinkan Anda untuk meningkatkan dan atau memulai hubungan pribadi. Bersantai  pun perlu direncanakan, jika tidak Anda akan kehabisan tenaga seperti sekarang atau bisa jadi jatuh sakit. Karena bersantai akan memungkinkan munculnya ide-ide baru. Sukses selalu untuk Anda. (*)