Pengembangan Karir – Bersikap Menanggapi Lelucon Porno

Share Social

Pengembangan Karir – Bersikap Menanggapi Lelucon Porno

pengembangan karir menanggapi lelucon porno

Bu, saya bekerja di sebuah perusahaan media sebagai Account Executive. Lingkungan kerja saya kebanyakan pria. Dalam pekerjaan ini, memang saya banyak tugas luar bahkan ke luar kota. Dalam kota pun saya juga sering harus menemui klien selepas jam kerja, bahkan terkadang sampai malam hari. Dengan waktu kerja dan kondisi yang demikian ini sebenarnya tidak jadi masalah dengan saya. Termasuk juga bagaimana cara menangkal godaan, karena yang saya temui orang dari berbagai kalangan dan juga kebanyakan Bapak-bapak (pria).

Yang sering mengganjal saya justru bukan bagaimana saya harus melobi atau bernegosiasi dengan mereka, tetapi justru dalam selingan pembicaraan / obrolan bisnis itu muncul lelucon-lelucon yang sifatnya menyudutkan kaum wanita. Apalagi kalau bukan lelucon porno. Saya sebenarnya jengah dan sangat risih mendengarkan cerita semacam itu, apalagi buntut-buntutnya selalu terkesan merendahkan wanita. Saya sendiri wanita, jadi terkadang salting (salah tingkah, red),  karena di satu sisi tidak bisa menerima tapi di sisi lain saya juga tidak mau kelihatan sok alim. Dimana akhirnya berbuntut juga pada keberhasilan lobi saya ke mereka untuk mendapatkan order.

Terus terang, saya masih membutuhkan pekerjaan ini karena berprospek besar. Bu Novi,  mohon saran apa yang harus saya lakukan berikutnya jika saya menemui kondisi seperti di atas agar tetap dapat membawakan diri dengan tepat?  Terima kasih atas jawabannya. Rosa, Surabaya

Jawaban:

Sdri. Rosa, saya bisa merasakan kebingungan Anda untuk bersikap. Untuk menjawab pertanyaan Anda ini, saya kebetulan mendapatkan sebuah tulisan yang menarik dari sebuah majalah yang membahas perilaku manusia. Dalam artikel itu dituliskan bahwa lelucon pada dasarnya adalah sebuah penyaluran agresivitas dan rasa permusuhan. Dengan melucu, sikap permusuhan menjadi berkurang ketegangannya. Orang menjadi lebih santai. Demikian juga dengan lelucon porno. Pakar Psikoanalisa Sigmund Freud mencoba memahami kenapa ada kecenderungan orang menyukai lelucon porno. Ternyata melalui lelucon porno, orang merasa bebas bisa menyalurkan hal-hal yang secara umum dianggap tabu dalam masyarakat, bisa diketengahkan bebas dalam sebuah kelompok yang punya minat sama.

            Lelucon porno, seperti halnya lelucon lain, agaknya memang lebih dimonopoli oleh kaum pria. Dalam lelucon-lelucon seperti itu, memang biasanya kaum wanita yang menjadi obyek penderita. Hal ini bisa juga dihubungkan dengan faktor psikologis pada diri pria. Pria terbentuk sebagai makhluk yang lebih agresif dibanding wanita. Dan kebanyakan pria adalah orang yang lebih gampang tegang dibanding wanita. Situasi menegangkan yang dihadapi para lelaki ini pada akhirnya memerlukan peredam agar tidak menjadi tindak kekerasan yang bertentangan dengan norma-norma.

Mengapa kebanyakan wanita menjadi obyek? Karena yang menciptakan lelucon porno kebanyakan adalah pria. Kenyataan ini membuat pria sadar bahwa leluconnya tidak bisa sembarangan dilontarkan, karena itu lelucon porno menjadi konsumsi kalangan terbatas. Wanita secara budaya juga diajarkan untuk tidak vulgar dan tabu membicarakan hal-hal porno secara terbuka. Sementara pria justru gandrung pada suasana lucu yang tercipta dari hal-hal bersangkutan dengan seks.

Fakta yang kurang menyenangkan, ada kecenderungan agresif pria untuk menggunakan lelucon porno untuk menyalurkan kehendaknya. Mereka beranggapan dengan lelucon porno mereka akan berhasil menggoda wanita tertentu. Banyak pria yang berpandangan sederhana seperti itu. Dalam anggapan mereka, wanita gampang tergoda hal-hal yang menyangkut seks. Karena itu tidak heran banyak wanita (seperti juga Anda) anti dengan lelucon porno, karena merasa dijadikan obyek dan direndahkan harkatnya. Karena bagi wanita, lelucon adalah lelucon untuk sekedar tertawa. Inilah yang membuat ada jarak antara kaum pria dan wanita menanggapi lelucon berbau seks. Semakin tinggi kesadaran seorang akan harga dirinya, ia akan makin benci mendengar lelucon porno yang merendahkan keberadaannya.

Perbedaan mendasarnya, bagi pria lelucon itu hanya untuk menciptakan keakraban, pengisi waktu, menjaga komunikasi agar tetap nyambung dan tidak membosankan dan menyalurkan agresivitas. Fungsi humor seks bagi pria seperti gossip bagi wanita, yaitu hanya untuk berbagi rasa.

Namun tidak semua wanita anti lelucon seperti ini. Mereka dalam kalangan terbatas juga suka dengan lelucon-lelucon demikian. Tentu saja yang disukai adalah lelucon meskipun tetap berbau seks tapi yang tidak menyudutkan mereka. Tapi ada juga wanita yang suka dengan lelucon porno. Tapi anehnya wanita semacam ini justru sulit dihargai oleh kaum pria. Pria biasanya memberikan cap buruk kepada wanita tipe demikian. Pria suka menggoda wanita dengan lelucon porno, tetapi bersikap sinis kepada wanita yang menanggapi atau terlibat dalam lelucon tersebut.

Jadi saran saya kepada Anda, bersikaplah netral agar tidak nampak anti. Anda tidak perlu menanggapi olokan mereka, tunjukkan sikap pasif. Jika mereka peka, pasti akan tahu bahwa Anda tidak suka. dengan obrolan semacam itu. Ketika situasi memungkinkan untuk beralih arah pembicaraan, lakukanlah. Carilah topik pembicaraan lain yang membuat mereka (sangat) antusias. Dan ketika tujuan bisnis Anda telah tercapai, segera sudahi pembicaraan dan berpamitan. Yang paling penting lagi, berpakaianlah yang sopan  dan bertindak sesuai etika pergaulan. Cara terakhir ini adalah cara paling ampuh untuk menangkal pria untuk bersikap tidak senonoh dan melontarkan gurauan yang tidak pantas. Salam manis dan selamat berkarir.(*).