Pengembangan Karir – Menilai Hasil Wawancara

Share Social

Pengembangan Karir – Menilai Hasil Wawancara

pengembangan karir menilai hasil wawancara

Saya seorang Supervisor bekerja di bagian Penjualan. Meskipun demikian, dalam proses seleksi di perusahaan saya juga dilibatkan dalam proses wawancara dalam merekrut tenaga kerja karena saya adalah juga calon atasan mereka. Saya akhirnya terpaksa bisa karena “terpaksa” harus melakukannya. Tapi, ya… begitulah, masih menemui banyak kendala. Saya seringkali bingung apa saja yang harus saya tanyakan. Biasanya saya tanya tentang apa yang dia lakukan dulu di pekerjaannya. Kalau dari ceritanya menarik, ya saya terima. Tapi terkadang apa yang dikatakan calon tersebut dalam wawancara tidak sesuai dengan kenyataannya. Setelah dia bekerja ternyata memble.

Saya berpikir, bagaimana seharusnya itu harus saya lakukan. Dan yang terpenting lagi adalah bagaimana cara menilai calon selama wawancara agar hasilnya akurat? Terima kasih, Bu.                                                                                                 Frans, Sidoarjo

Jawaban:

Sdr. Frans, sebagai user Anda pasti dilibatkan dalam proses seleksi calon karyawan yang akan menjadi anggota tim kerja Anda. Pada tahap awal, bisa jadi hanya bagian Personalia yang terlibat untuk menyeleksi kualifikasi  yang sifatnya umum. Untuk hal-hal yang sifatnya khusus apalagi yang terkait dengan bidang kerja, user atau atasan langsung adalah orang yang lebih kompeten melakukannya.

Dalam melakukan wawancara, yang paling utama harus disiapkan adalah menetapkan kompetensi apa saja yang diperlukan bagi pekerjaan tersebut. Selanjutnya dari kompetensi tersebut, ajukan pertanyaan-pertanyaan yang relevan untuk mengungkap kompetensi tersebut. Hal lain yang perlu Anda ketahui, kemampuan dalam wawancara memang tidak bisa didapatkan secara instan. Kepekaaan dan “jam terbang” pewawancara banyak mempengaruhi kualitas hasilnya. Karena itu, jika sekarang Anda bisa karena “terpaksa”, itu jauh lebih baik. Tinggal bagaimana Anda mengembangkan ketrampilan yang Anda miliki tersebut. Tanpa Anda punya kesempatan melakukan wawancara, kemampuan untuk bisa mewawancara dengan baik pasti juga tidak akan mungkin didapatkan…

Berikut adalah beberapa hal yang perlu Anda perhatikan dalam melakukan wawancara. Pertama, cara calon menjawab pertanyaan. Bisa dilihat dari suara, tata  bahasa maupun bahasa tubuh. Suara seseorang bisa menunjukkan energi / semangat yang dimiliki. Seseorang yang bersemangat biasanya lebih siap menerima penugasan dengan dinamis dan kecepatan yang lebih baik daripada seseorang yang mempunyai volume suara rendah. Seorang yang demikian biasanya juga lebih asertif dan spontan menyatakan apa yang diinginkan.

Adapun tata bahasa bisa menjadi indikator dari kemampuan seseorang dalam mengkomunikasikan ide-ide yang dimiliki serta sistematika dalam menyatakan isi pikiran. Meskipun tidak selalu demikian, seseorang yang berpendidikan tinggi biasanya mempunyai kemampuan mengungkapkan isi pikiran dengan pilihan kata  yang lebih baik dibandingkan seorang yang tingkat pendidikannya rendah.

Bahasa tubuh membantu dalam mendapatkan keselarasan apa yang dikatakan dengan apa yang sesungguhnya terjadi. Dengan demikian sebagai pewawancara, Anda bisa mendapatkan gambaran keseluruhan apa yang disampaikan oleh si calon karyawan. Untuk mendapatkan kesan baik karena  keinginan diterima bekerja, seseorang bisa saja secara sadar memanipulasi jawaban-jawaban kepada pewawancara, tetapi seorang pewawancara yang jeli pasti bisa menangkap kejanggalan respon tubuh dari informasi-informasi yang tidak benar.

Kedua,  nilailah juga jawaban si calon dari pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dari kebenaran, ketepatan, kejelasan dan juga mutu jawabannya. Untuk hal-hal yang berkaitan dengan kepribadian dan sikap kerja memang sulit untuk mengecek kebenarannya. Biasanya kita dapat menilai kebenaran dan ketepatan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan untuk mengungkap kemampuan atau pengetahuan seseorang.  Seseorang yang dapat menjawab dengan benar dan tepat dapat dikatakan menguasai materi yang ditanyakan. Dan yang demikian adalah sebagai prediktor yang baik dalam bidang kerja yang dibutuhkan.

Kejelasan jawaban dari calon  merupakan indikasi dari kemampuan dan rasa percaya diri yang dimiliki. Seorang yang mempunyai rasa percaya diri biasanya akan lebih baik menunjukkan hasil dibandingkan dengan seorang yang ragu-ragu. Ia biasanya lebih berani tampil dan juga mempunyai kemampuan dalam mempersuasi dan mengarahkan orang lain. Keberhasilan pelaksanaan itu akan menjadi pemicu bagi keberhasilan pelaksanaan tugas selanjutnya. Mutu jawaban menunjukkan kualitas dari sikap kerja dan pengetahuan yang dimiliki seseorang. Jika ada beberapa calon yang memiliki pengetahuan yang cukup, Anda bisa merankingkan calon-calon yang mempunyai kualitas yang lebih baik.

            Ketiga, amati sikap calon selama wawancara berlangsung.  Apakah sikapnya cenderung tegang, serius, angkuh atau yang sebaliknya justru santai atau gugup. Seorang yang yang mempunyai pengendalian diri yang baik, biasanya lebih dapat mengontrol emosinya sehingga tidak kelihatan gugup atau sangat tegang dalam menghadapi wawancara.  Seorang yang serius, menunjukkan kesungguhan dan kesiapan dalam mengikuti tahapan proses seleksi yang dilakukan perusahaan. Keseriusan ini sangat penting karena perusahaan pasti menginginkan seorang yang dapat dipercaya untuk memegang pekerjaan yang ditawarkan.

Hal lain, seorang yang angkuh, bisa jadi ia memang sangat yakin dengan kemampuan yang dimiliki. Satu sisi, ini bisa jadi satu prediktor baik. Tetapi seorang yang over-estimate dengan kemampuan yang dimiliki perlu diwaspadai. Karena justru sikap sok akan menjadi penghalang bagi kemampuannya dalam bekerjasama dan menerima hal-hal baru.

Dan yang terakhir, perhatikan juga tentang topik yang ditanyakan dalam wawancara. Apakah ia hanya atau banyak menanyakan sesuatu yang berkaitan dengan hak sebagai karyawan, ataukah juga menanyakan hal-hal yang berkaitan dengan kewajiban karyawan, pengembangan karir di perusahaan dan hal-hal yang relevan dengan pekerjaannya. Seseorang yang sangat atau banyak menuntut hak daripada kewajiban, biasanya dalam bekerja akan selalu berhitung untung-rugi. Dan karenanya bisanya juga kurang bisa total dalam pekerjaan baru yang dilakukan. Padahal pekerjaan baru sangat membutuhkan totalitas karyawan, karena banyak hal yang harus dipelajari dan diadaptasi. OK, Sdr. Frans, semoga penjelasan di atas cukup membantu dan selamat bekerja!